Ekosistem Air Laut

ekosistem air laut
Sumber: http://sciencelearn.org.nz

Ekosistem air laut biasanya juga dinamakan sebagai ekosistem bahari. Ekosistem air laut merupakan ekosistem paling luas di permukaan bumi. Lebih dari dua pertiga bagian bumi ini merupakan ekosistem laut. Ekosistem air laut ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion Cl dapat mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi (sekitar 25 °C) dan penguapan besar. Pada daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, hal ini mengakibatkan daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik.

Ekosistem air laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal, sehingga dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu zona litoral, neritik, dan pelagik (Gambar 1).

  1. Zona litoral, merupakan daerah pantai yang terletak di antara pasang tertinggi dan surut terendah
  2. Zona neritik adalah daerah laut dangkal yang selalu tertutup air meski pada waktu surut. Zona nertik masih dapat ditembus sinar matahari dan bagian dasar dalamnya ± 300 m
  3. Zona pelagik adalah daerah perairan terbuka yang memiliki kedalaman 6.000-10.000 m. Zona pelagik terdiri atas daerah epipelagik, mesopelagik, dan batipelagik. Selain itu, terdapat juga daerah yang lebih dalam lagi yaitu abisal pelagik dan hadal pelagik.
  • Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air
    sekitar 200 m.
  • Mesopelagik merupakan daerah di bawah epipelagik dengan kedalaman
    200-1000 m. Hewan yang hidup di daerah mesopelagik yaitu ikan hiu.
  • Batiopelagik merupakan daerah dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan
    yang hidup di daerah batiopelagik yaitu gurita.
  • Abisal pelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000 m, di daerah ini tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.
  • Adapun hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar) dengan kedalaman lebih dari 6.000 m. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

Zona yang terdapat pada ekosistem air lautGambar 1 Zona yang terdapat pada ekosistem air laut

Ekosistem air laut juga dapat dibagi lagi menjadi ekosistem perairan laut dalam, ekosistem perairan laut dangkal (litoral), dan ekosistem daerah pasang surut. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing dari pembagian tersebut.

1. Ekosistem perairan laut dalam

Ekosistem ini memiliki ciri spesifik, yaitu tidak terjangkau oleh sinar matahari. Sebagai akibatnya, di ekosistem ini tidak ditemukan organisme fotoautotrof. Jumlah detritivora (pengurai), karnivora (pemakan daging), dan saprofor (pemakan sampah) sangat melimpah di dalam ekosistem ini. Banyak di antara organisme ini dilengkapi dengan organ yang dapat mengeluarkan cahaya dan mempunyai mata yang sangat peka. Hal ini sebagai adaptasi terhadap keadaan lingkungan yang gelap. Daur mineral pada ekosistem perairan laut dalam terjadi karena gerakan air dalam pantai ke tengah laut pada lapis atas. Perpindahan air ini digantikan oleh air dari daerah yang terkena cahaya, sehingga terjadi perpindahan air dari lapis bawah ke atas.

2. Ekosistem perairan laut dangkal

Ekosistem ini disebut juga ekosistem litoral. Ekosistem ini berada di daerah pantai yang tergenang air laut, kecuali pada saat air surut. Daerahnya terbuka dan relatif tidak terpengaruh oleh air sungai besar karena memiliki jarak yang cukup jauh. Ekosistem ini banyak ditemukan di pantai utara Jawa,
Bali, Sumbawa, dan Sulawesi. Komunitas di daerah ini didominasi beberapa macam ganggang, misalnya Sargassum dan atau rerumputan. Ekosistem perairan dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa subekosistem, antara lain ekosistem terumbu karang, pantai batu, dan pantai lumpur.

  • Ekosistem terumbu karang
    Ekosistem terumbu karang terbentuk di daerah perairan jernih, yaitu hasil aktivitas hewan laut seperti hewan berongga (Cnidaria), kerang, siput, cacing, coelenterata dan alga kapur (Halimeda). Syarat hidup binatang kerang yaitu airnya jernih, arus gelombang kecil, dan lautnya dangkal. Ekosistem ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena di dalamnya terdapat bermacam-macam ikan, udang, dan hewan laut lainnya. Ekosistem ini banyak terdapat di perairan Nusa Tenggara dan Maluku, pantai sebelah barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Bali, serta pantai utara Sulawesi.
  • Ekosistem pantai batu
    Ekosistem pantai batu terbentuk dari bongkahan-bongkahan batu granit yang besar atau berupa batuan padas yang terbentuk dari proses konglomerasi (berkumpul dan menyatunya) antara batu-batu kecil atau kerikil dengan tanah liat dan kapur. Ekosistem ini biasanya didominasi batuan yang umumnya berukuran besar dan keras serta terdapat vegetasi jenis Sargassum atau Eucheuma. Ekosistem pantai batu banyak terdapat di pesisir pantai yang berbukit seperti pantai selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku serta di sepanjang pantai barat Sumatra.
  • Ekosistem pantai lumpur
    Ekosistem pantai lumpur terbentuk dari pertemuan antara endapan lumpur sungai dengan laut yang berada di muara sungai dan sekitarnya. Lumpur tersebut membentang luas sampai menjorok ke laut, apabila sungainya besar. Ekosistem pantai lumpur terdapat di muara sungai yang menjorok ke laut dengan bentangan yang cukup luas, dimana disebut sebagai monsun estuaria. Komunitas pionir yang berkembang di ekosistem ini diantaranya yaitu: api-api (Avicennia), bakau (Sonneratia), Tricemia, Skeratia dan beberapa rumput laut seperti Enhalus acoroides. Ekosistem ini memiliki tipe estuaria atau muara sungai dan menjadi habitat ikan gelodok. Ekosistem seperti ini banyak ditemukan di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Papua.

Sumber:

Ferdinand F, Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Firmansyah R, Mawardi A, Riandi MU. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kistinnah I, Lestari ES. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungan. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suwarno. 2009. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Comments are closed.